Subscribe to RSS feeds

Selasa, 23 September 2008

Variasi MPASI ( Makanan Pendamping ASI), makanan bayi padat untuk Bayi Anda

MPASI / Makanan Bayi Pendamping ASI, untuk bayi usia 6-7 bln

Apakah sudah saat-nya Anda memperkenalkan makanan padat pada bayi Anda sebagai makanan bayi?

Dengan pertimbangan perkembangan pencernaan bayi, resiko penyakit infeksi dan alergi pada bayi yang diakibat kan oleh makanan yang diberikan pada bayi para ahli menyarankan para orangtua untuk baru mulai memberikan makanan bayi / MPASI (Makanan Pendamping ASI) setelah bayi berusia >6 bulan . Selain itu perlu dipastikan juga bahwa bayi anda sudah bisa berada dalam posisi duduk.

Bila sudah saatnya Bayi Anda mulai diperkenalkan pada makanan bayi padat Anda tentunya perlu mencari makanan bayi yang tepat sesuai dengan usia Bayi Anda.

Berikut beberapa variasi ide resep makanan bayi yang dapat digunakan sebagai MPASI (Makanan Pendamping ASI)


Pure Ubi Merah Jagung

Bahan : 1 bh ubi merah

½ bh jagung manis

80 ml ASI / formula

Cara Membuat :

Ubi merah yang sudah dibuang kulit dan dipotong kecil-kecil, dikukus bersama dengan jagung manis sampai lunak.

Haluskan ubi merah, jagung manis dan ASI dengan menggunakan blender, kemudian disaring dengan saringan kawat.

MPASI / Makanan Bayi Pendamping ASI siap diberikan pada bayi Anda.


Beras Merah Brokoli

Bahan : 2 sdm tepung beras merah

50 gr brokoli

50 ml air

50 ml ASI/formula

Cara Membuat :

Bersihkan brokoli per kuntum, cuci bersih lalu dikukus. Setelah matang campur dengan air dan dihaluskan dengan menggunakan blender.

Siapkan panci tuang hasil blender brokili dan tepung beras merah, masak dalam api kecil hingga matang dan kental.

Setelah agak dingin campur dengan ASI, saring dengan menggunakan saringan kawat.

MPASI / Makanan Bayi Pendamping ASI siap diberikan pada bayi Anda.


Beras Merah Sawi Putih

Bahan : 2 sdm tepung beras merah

50 gr sawi putih iris kecil

50 ml air

50 ml ASI/formula

Cara Membuat :

Sawi putih yang sudah diiris kecil, buang bagian kerasnya cuci bersih lalu dikukus. Setelah matang campur dengan air dan dihaluskan dengan menggunakan blender.

Siapkan panci tuang hasil blender sawi putih dan tepung beras merah, masak dalam api kecil hingga matang dan kental.

Setelah agak dingin campur dengan ASI, saring dengan menggunakan saringan kawat.

MPASI / Makanan Bayi Pendamping ASI siap diberikan pada bayi Anda.


Beras Merah Caisim

Bahan : 2 sdm tepung beras merah

50 gr caisim iris kecil

50 ml air

50 ml ASI/formula

Cara Membuat :

Caisim yang sudah diiris kecil, buang bagian kerasnya cuci bersih lalu dikukus. Setelah matang campur dengan air dan dihaluskan dengan menggunakan blender.

Siapkan panci tuang hasil blender caisim dan tepung beras merah, masak dalam api kecil hingga matang dan kental.

Setelah agak dingin campur dengan ASI, saring dengan menggunakan saringan kawat.

MPASI / Makanan Bayi Pendamping ASI siap diberikan pada bayi Anda.


Pure Apel

Bahan : 1 bh apel

50 ml ASI/formula

Cara Membuat :

Kupas kulit apel, potong-potong kecil kemudian dikukus hingga lunak. Haluskan apel kukus dengan menggunakan blender, campur dengan ASI. Kemudian saring dengan menggunakan saringan kawat.

MPASI / Makanan Bayi Pendamping ASI siap diberikan pada bayi Anda.


Pure Pir

Bahan : 1 bh pir

50 ml ASI/formula

Cara Membuat :

Kupas kulit pir, potong-potong kecil kemudian dikukus hingga lunak. Haluskan pir kukus dengan menggunakan blender, campur dengan ASI. Kemudian saring dengan menggunakan saringan kawat.

MPASI / Makanan Bayi Pendamping ASI siap diberikan pada bayi Anda.

Pure Pisang

Bahan : 1 bh pisang

50 ml ASI/formula

Cara Membuat :

Pisang dikupas dan potong-potong kecil, haluskan dengan garpu tambahkan ASI untuk mengencerkan. Saring dengan menggunakan saringan kawat.

MPASI / Makanan Bayi Pendamping ASI siap diberikan pada bayi Anda.


Pure Pepaya Jeruk

Bahan : 1 iris sedang papaya California

50 ml jeruk baby

Cara Membuat :

Kupas papaya, ambil dagingnya, potong-potong kecil. Tambahkan jeruk baby dan haluskan dengan menggunakan blender. Saring dengan saringan kawat.

MPASI / Makanan Bayi Pendamping ASI siap diberikan pada bayi Anda.


Jagung Manis Brokoli

Bahan : 1 bh jagung manis

50 gr brokoli

50 ml ASI/formula

Cara Membuat :

Bersihkan brokoli per kuntum, cuci bersih lalu dikukus. Cuci bersih jagung manis, kemudian kukus bersama dengan brokoli. Setelah matang campur dengan air dan dihaluskan dengan menggunakan blender. Masak sebentar dengan api kecil.

Setelah agak dingin campur dengan ASI, saring dengan menggunakan saringan kawat.

MPASI / Makanan Bayi Pendamping ASI siap diberikan pada bayi Anda.

Selamat Mencoba !

Jumat, 12 September 2008

BIDADARIKU........








Assalamu alaikum……

Subhaanallah…..

Begitu besar nikmat dari Allah SWT dalam kehidupan keluarga kami, kini anugerah terindah telah kumiliki.

Tak terasa kini bidadari kecilku, Aileen Nasywa Shabira sudah berusia 2 bulan lebih 5 hari, betapa bahagianya melihat pertumbuhan dia.

Anak yang lucu menjadi teman sekaligus penyemangat kami dalam meniti dan menjalani hidup ini.

Bidadariku, kini dia mulai bisa tersenyum…..

Oh Tuhan…… Betapa sempurnanya kebahagiaanku melihat senyum anakku….

Banyak orang bilang pertumbuhannya begitu cepat, kini beratnya udah mencapai 5,2kg. Genduuuuuuttt banget……..

Bidadariku…..

Kamu adalah impianku dan kebahagiaanku…..

Tumbuhlah menjadi anak yang berbudi, bersabar dan tidak sombong.

Amiin…..

Wassalamu ‘alaikum….

Kamis, 11 September 2008

JIKA HARUS MINUM SUSU FORMULA

ASI jelas asupan terbaik bagi si kecil. Namun, adakalanya kondisi ibu tidak memungkinkannya memberikan ASI kepada sang buah hati. Pada kondisi seperti itulah, dengan amat terpaksa orangtua harus rela memberikan susu formula kepada bayinya.

Apa yang mesti dilakukan ketika bayi harus berpindah dari ASI ke susu susu formula? Yang pertama harus diketahui adalah semua susu formula dengan bahan susu sapi memiliki kandungan yang hampir sama. Dr. Christina K. Nugrahani, M.Kes., Sp.A., yang praktik di RS FMC (Family Medical Center) Bogor mengatakan, "Karena semuanya mengacu pada standar kebutuhan bayi untuk tumbuh kembang sesuai dengan RDA (Recommended Dietary Association)." Simak saja keterangan tentang kandungan nutrisi yang tercantum dalam setiap kemasan susu. Jadi, tak perlu terkecoh dengan beragam promosi tentang adanya suplemen tertentu, sebab rata-rata semuanya sama saja.

Hal lain yang patut dipertimbangkan ketika memilih susu formula adalah harga dan ketersediaan barang, apakah mudah didapat atau tidak. Tentunya lebih baik memilih produk dengan harga yang terjangkau dan mudah didapat. Berikutnya adalah memerhatikan kondisi dan kebutuhan si bayi. Bayi yang alergi terhadap susu sapi tentunya membutuhkan formula khusus. Untuk itu, yuk mengenal beragam susu formula yang beredar di pasaran.

Utami Sri Rahayu. Ilustrasi Pugoeh

MENGENAL BERAGAM SUSU FORMULA

1. Susu Formula dari Susu Sapi

Umumnya susu formula untuk bayi yang beredar di pasaran berasal dari susu sapi. Susu sapi adalah salah satu susu pilihan untuk bayi yang tidak memiliki riwayat alergi dalam keluarga. Alergi akibat susu sapi antara lain berupa diare. Untuk bayi yang telah berusia di atas 6 bulan susu formula yang disarankan adalah yang telah mendapatkan fortifikasi zat besi karena antara usia 4-6 bulan persediaan zat besi pada tubuh bayi mulai berkurang sehingga perlu mendapatkan tambahan asupan dari luar. Soal konstipasi/sembelit yang disinyalir akibat fortifikasi zat besi dapat dikonsultasikan pada dokter dan tidak semua bayi mengalami hal ini.

2. Susu Hipoalergenik

Bayi-bayi yang dalam keluarganya memiliki riwayat alergi umumnya akan mengalami alergi terhadap susu sapi. Karenanya, bayi dengan alergi susu sapi formula biasa sebaiknya diberi susu sapi dengan formula hipoalergenik (hidrolisat), yakni susu sapi yang kandungan proteinnya telah dihidrolisis sedemikian rupa sehingga dapat dengan mudah diolah oleh pencernaan bayi.

Pencegahan alergi susu sapi pada bayi dapat dilakukan dengan 3 cara, yakni:

- Pencegahan premier atau pencegahan yang dilakukan sebelum bayi terpapar pencetus alergi (dalam hal ini susu sapi). Langkah yang paling tepat adalah dengan memberikan ASI eksklusif. Jika ibu oleh karena sebab yang memaksa tak dapat memberikan ASI, berikan susu formulai jenis hipoalergenik.

- Pencegahan sekunder, yaitu bayi yang sudah terpapar protein susu sapi tapi belum mengalami alergi kembali diberi ASI atau ganti mengonsumsi susu hipoalergenik. Di usia batita, anak perlu diperkenalkan dengan susu sapi agar sistem metabolisme tubuhnya mengenal protein susu sapi dan secara perlahan toleran terhadap susu formula biasa.

- Pencegahan tersier, yaitu jika sudah terjadi alergi terhadap susu sapi sehingga bayi harus mengonsumsi susu formula dengan protein susu yang terhidrolisis sempurna sehingga mudah dicerna oleh pencernaan bayi.

3. SUSU SOYA

Susu yang berasal dari sari kedelai ini umumnya diperuntukkan bagi bayi yang memiliki alergi terhadap protein susu sapi tetapi tidak alergi terhadap protein soya. Fungsinya sama dengan susu sapi yang protein susunya telah terhidrolisis dengan sempurna. Jadi dapat digunakan sebagai pencegahan alergi tersier. Bayi yang alergi susu kedelai harus beralih ke susu formula dengan asam amino yang sudah terhidrolisis (hipoalergenik).

4. SUSU RENDAH LAKTOSA

Susu rendah laktosa adalah susu sapi yang bebas dari kandungan laktosa (low lactose atau free lactose). Sebagai penggantinya, susu formula jenis ini akan menambahkan kandungan gula jagung. Susu ini cocok untuk bayi yang tidak mampu mencerna laktosa (intoleransi laktosa) karena gula darahnya tidak memiliki enzim untuk mengolah laktosa. Intoleransi laktosa biasanya ditandai dengan buang air terus-menerus atau diare.

5. SUSU FORMULA LANJUTAN

Susu formula lanjutan biasanya mencantumkan keterangan "lanjutan" pada bagian muka kemasannya. Susu formula lanjutan ditujukan bagi bayi usia 6 bulan ke atas. Tak ada perbedaan yang terlalu mencolok dalam kandungan nutrisinya. Jumlah kalori yang dihasilkannya juga tidak berbeda jauh. Tak perlu buru-buru mengganti susu formulanya dengan yang lanjutan jika stok di rumah masih ada. Memang, kebutuhan kalori bayi meningkat seiring pertambahan usia. Namun di usia 6 bulan, bayi juga harus mengonsumsi makanan semipadat pertamanya selain susu untuk mencukupi kebutuhan kalorinya.

6. SUSU FORMULA KHUSUS

Susu formula khusus disediakan bagi bayi yang memiliki problem dengan saluran pencernaannya. Ada bayi yang memiliki gangguan penyerapan karbohidrat, lemak, protein atau zat gizi lainnya. Pemberian susu formula khusus ini biasanya atas pengawasan dan petunjuk dokter. Karena kekhususannya, harga susu ini pun sangat mahal. Juga tidak dijual di toko umum atau hanya tersedia di rumah sakit dan apotek.

PANDUAN SAJI SUSU FORMULA

Langkah pertama yang dilakukan untuk menyiapkan susu formula adalah membersihkan dan mensterilisasi peralatan yang akan digunakan. Selanjutnya menyiapkan dan menyajikan susu formula. Berikut tahapan yang dilakukan untuk membersihkan dan mensterilisasi peralatan:

1. Sterilkan peralatan minum bayi. Cuci tangan dengan sabun sebelum melakukan sterilisasi.

2. Cuci semua peralatan (botol, dot, sikat botol, sikat dot) dengan sabun dan air bersih yang mengalir.

3. Gunakan sikat botol untuk membersihkan bagian dalam botol dan sikat dot untuk membersihkan dot agar sisa susu yang melekat bisa dibersihkan.

4. Bilas botol dan dot dengan air bersih yang mengalir.

5. Bila menggunakan alat sterilisator buatan pabrik, ikuti petunjuk yang tercantum dalam kemasan.

6. Bila mensterilisasi dengan cara direbus:

- Botol harus terendam seluruhnya sehingga tidak ada udara di dalam botol.

- Panci ditutup dan dibiarkan sampai mendidih selama 5–10 menit.

- Biarkan botol dan dot di dalam panci tertutup dan air panas sampai segera akan digunakan.

7. Cuci tangan dengan sabun sebelum mengambil botol dan dot.

8. Bila botol tidak langsung digunakan setelah direbus:

- Keringkan botol dan dot dengan menempatkannya di rak khusus botol pada posisi yang memungkinkan air rebusan menetes.

- Setelah kering, botol disimpan di tempat yang bersih, kering, dan tertutup.

- Dot dan penutupnya terpasang dengan baik.

Langkah selanjutnya adalah menyiapkan dan menyajikan susu formula. Berikut tahapan yang dapat dilakukan:

1. Bersihkan permukaan meja yang akan digunakan untuk menyiapkan susu formula.

2. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, kemudian keringkan dengan lap bersih.

3. Rebus air minum sampai mendidih selama 10 menit dalam ketel atau panci tertutup.

4. Setelah mendidih, biarkan air tersebut di dalam panci atau ketel tertutup selama 10–15 menit agar suhunya turun menjadi kurang lebih 70˚ C. Atau gunakan 1 bagian air dingin dicampur dengan 2 bagian air panas.

5. Tuangkan air tersebut sebanyak yang dapat dihabiskan oleh bayi (jangan berlebihan) ke dalam botol susu yang telah disterilkan.

6. Tambahkan bubuk susu sesuai takaran yang dianjurkan pada label dan sesuai kebutuhan bayi.

7. Tutup kembali botol susu dan kocok sampai susu larut dengan baik.

8. Coba teteskan susu pada pergelangan tangan. Bila masih terasa panas, dinginkan segera dengan merendam sebagian badan botol susu di dalam air dingin bersih sampai suhunya sesuai untuk diminum.

9. Sisa susu yang telah dilarutkan dalam botol sebaiknya dibuang setelah 2 jam. Dalam suhu udara biasa di ruangan terbuka, susu formula yang belum diminum dapat bertahan 3 jam. Bila disimpan dalam kulkas dapat bertahan 24 jam. Hangatkan dengan cara merendam dalam air panas sebelum diberikan.

PERHATIKAN!

* Cermati kemasan ketika akan membeli susu formula. Apakah memang diperuntukkan bagi bayi dan usianya? Cermati tanggal kedaluwarsa. Perhatikan cara menyiapkan dan takarannya.

* Selama memberikan susu botol, seperti halnya memberikan ASI, hendaknya ada kontak kulit, mata, dan suara antara ibu dengan bayi. Bersenandunglah atau bercakaplah. Jangan tinggalkan bayi sendirian memegang botol sambil tiduran karena dikhawatirkan dapat tersedak.

* Jangan berikan susu ketika bayi belum lapar. Berikan sesuai porsi yang dibutuhkan dan buatkan sejumlah kebutuhannya.

* Jangan berikan susu formula full cream untuk bayi karena pencernaannya belum mampu menerima kandungan susu full cream dengan baik.

KEUNGGULAN ASI DAN MANFAAT MENYUSUI

Keunggulan dan manfaat menyusui dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu: aspek gizi, aspek imunologik, aspek psikologi, aspek kecerdasan, neurologis, ekonomis dan aspek penundaan kehamilan.

1. Aspek Gizi.

Manfaat Kolostrum

  • Kolostrum mengandung zat kekebalan terutama IgA untuk melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi terutama diare.

  • Jumlah kolostrum yang diproduksi bervariasi tergantung dari hisapan bayi pada hari-hari pertama kelahiran. Walaupun sedikit namun cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi. Oleh karena itu kolostrum harus diberikan pada bayi.

  • Kolostrum mengandung protein,vitamin A yang tinggi dan mengandung karbohidrat dan lemak rendah, sehingga sesuai dengan kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama kelahiran.

  • Membantu mengeluarkan mekonium yaitu kotoran bayi yang pertama berwarna hitam kehijauan.


Komposisi ASI

  • ASI mudah dicerna, karena selain mengandung zat gizi yang sesuai, juga mengandung enzim-enzim untuk mencernakan zat-zat gizi yang terdapat dalam ASI tersebut.

  • ASI mengandung zat-zat gizi berkualitas tinggi yang berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan bayi/anak.

  • Selain mengandung protein yang tinggi, ASI memiliki perbandingan antara Whei dan Casein yang sesuai untuk bayi. Rasio Whei dengan Casein merupakan salah satu keunggulan ASI dibandingkan dengan susu sapi. ASI mengandung whey lebih banyak yaitu 65:35. Komposisi ini menyebabkan protein ASI lebih mudah diserap. Sedangkan pada susu sapi mempunyai perbandingan Whey :Casein adalah 20 : 80, sehingga tidak mudah diserap.


Komposisi Taurin, DHA dan AA pada ASI

  • Taurin adalah sejenis asam amino kedua yang terbanyak dalam ASI yang berfungsi sebagai neuro-transmitter dan berperan penting untuk proses maturasi sel otak. Percobaan pada binatang menunjukkan bahwa defisiensi taurin akan berakibat terjadinya gangguan pada retina mata.

  • Decosahexanoic Acid (DHA) dan Arachidonic Acid (AA) adalah asam lemak tak jenuh rantai panjang (polyunsaturated fatty acids) yang diperlukan untuk pembentukan sel-sel otak yang optimal. Jumlah DHA dan AA dalam ASI sangat mencukupi untuk menjamin pertumbuhan dan kecerdasan anak. Disamping itu DHA dan AA dalam tubuh dapat dibentuk/disintesa dari substansi pembentuknya (precursor) yaitu masing-masing dari Omega 3 (asam linolenat) dan Omega 6 (asam linoleat).


2. Aspek Imunologik

  • ASI mengandung zat anti infeksi, bersih dan bebas kontaminasi.

  • Immunoglobulin A (Ig.A) dalam kolostrum atau ASI kadarnya cukup tinggi. Sekretori Ig.A tidak diserap tetapi dapat melumpuhkan bakteri patogen E. coli dan berbagai virus pada saluran pencernaan.

  • Laktoferin yaitu sejenis protein yang merupakan komponen zat kekebalan yang mengikat zat besi di saluran pencernaan.

  • Lysosim, enzym yang melindungi bayi terhadap bakteri (E. coli dan salmonella) dan virus. Jumlah lysosim dalam ASI 300 kali lebih banyak daripada susu sapi.

  • Sel darah putih pada ASI pada 2 minggu pertama lebih dari 4000 sel per mil. Terdiri dari 3 macam yaitu: Brochus-Asociated Lympocyte Tissue (BALT) antibodi pernafasan, Gut Asociated Lympocyte Tissue (GALT) antibodi saluran pernafasan, dan Mammary Asociated Lympocyte Tissue (MALT) antibodi jaringan payudara ibu.

  • Faktor bifidus, sejenis karbohidrat yang mengandung nitrogen, menunjang pertumbuhan bakteri lactobacillus bifidus. Bakteri ini menjaga keasaman flora usus bayi dan berguna untuk menghambat pertumbuhan bakteri yang merugikan.


3. Aspek Psikologik

  • Rasa percaya diri ibu untuk menyusui : bahwa ibu mampu menyusui dengan produksi ASI yang mencukupi untuk bayi. Menyusui dipengaruhi oleh emosi ibu dan kasih saying terhadap bayi akan meningkatkan produksi hormon terutama oksitosin yang pada akhirnya akan meningkatkan produksi ASI.

  • Interaksi Ibu dan Bayi: Pertumbuhan dan perkembangan psikologik bayi tergantung pada kesatuan ibu-bayi tersebut.

  • Pengaruh kontak langsung ibu-bayi : ikatan kasih sayang ibu-bayi terjadi karena berbagai rangsangan seperti sentuhan kulit (skin to skin contact). Bayi akan merasa aman dan puas karena bayi merasakan kehangatan tubuh ibu dan mendengar denyut jantung ibu yang sudah dikenal sejak bayi masih dalam rahim.


4. Aspek Kecerdasan

  • Interaksi ibu-bayi dan kandungan nilai gizi ASI sangat dibutuhkan untuk perkembangan system syaraf otak yang dapat meningkatkan kecerdasan bayi.

  • Penelitian menunjukkan bahwa IQ pada bayi yang diberi ASI memiliki IQ point 4.3 point lebih tinggi pada usia 18 bulan, 4-6 point lebih tinggi pada usia 3 tahun, dan 8.3 point lebih tinggi pada usia 8.5 tahun, dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi ASI.

5. Aspek Neurologis

  • Dengan menghisap payudara, koordinasi syaraf menelan, menghisap dan bernafas yang terjadi pada bayi baru lahir dapat lebih sempurna.

6. Aspek Ekonomis

  • Dengan menyusui secara eksklusif, ibu tidak perlu mengeluarkan biaya untuk makanan bayi sampai bayi berumur 4 bulan. Dengan demikian akan menghemat pengeluaran rumah tangga untuk membeli susu formula dan peralatannya.


7. Aspek Penundaan Kehamilan

  • Dengan menyusui secara eksklusif dapat menunda haid dan kehamilan, sehingga dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi alamiah yang secara umum dikenal sebagai Metode Amenorea Laktasi (MAL).


Sumber: Buku Panduan Manajemen Laktasi: Dit.Gizi Masyarakat-Depkes RI, 2001

Membuat Makanan Pendamping ASI

CARA MEMBUAT Makanan Pendamping ASI

1. Pisang Lumat Halus
Bahan : 1 buah pisang masak
Cara membuatnya :
• Pisang dicuci bersih
• Kupas memanjang sebagian permukaan pisang
• Keriklah pisang dengan menggunakan sendok kecil yang bersih
• Kerikan pisang ditaruh dalam cangkir atau mangkuk kecil. Agar pisang tidak berubah warna, berilah sedikit perasan jeruk nipis.
• Dapat juga kerikan pisang diberikan langsung kepada bayi

Nilai gizi 100 g pisang :
Energi : 99 Kal
Vit.A : 146 SI
Vit.C : 3 mg

2. Pepaya lumat
Bahan : 1 potong pepaya
Cara membuatnya :
• Kupas pepaya matang, buang bijinya dan cuci bersih dengan air matang.
• Saring dengan menggunakan saringan kawat yang halus.
• Taruh dicangkir atau mangkok kecil dan berikan kepada bayi dengan sendok kecil.
• Dapat juga pepaya dikerik seperti pada pisang lumat

Nilai gizi 100 g pepaya :
Energi : 46 Kal
Vit.A : 146 S1
Vit C : 78 mg

3. Air jeruk Manis
Bahan : 1 buah jeruk yang manis
Cara membuatnya:
• Cuci jeruk sampai bersih
• Jeruk dibelah dua peras airnya
• Taruh dalam cangkir atau mangkok kecil kemudian diberikan kepada bayi dengan menggunakan sendok kecil.

Nilai gizi 50 gram jeruk :
Energi : 22 Kal
Vit.A : 95 S1
Vit C : 25 mg

4. Tomat Saring
Bahan : 1 buah tomat masak
1 sendok the gula pasir diseduh
Cara membuatnya:
• Tomat dicuci bersih dan direbus + menit dalam air mendidih
• Setelah kulitnya pecah dan lemas diangkat dari panci
• Tomat disaring dengan menggunakan saringan kawat halus
• Tambahkan gula pasir secukupnya kedalamnya dan diaduk rata
• Taruh dalam cangkir dengan menggunakan sendok kecil.

Nilai gizi 75 gram tomat :
Energi : 5 Kal
Vit.A : 1125 S1
Vit C : 30 mg

5. Bubur Susu
Bahan :
• 2 sendok makan tepung beras (20 gr)
• 2 sendok teh gula pasir (10 gr)
• 1 gelas susu segar atau 2 sendok makan penuh susu tepung
Cara membuatnya:
• tepung beras dan gula pasir dilarutkan dalam susu
• letakkan diatas api kecil, biarkan hingga masak sambil diaduk

Nilai gizi (bubur susu dengan susu segar)
Energi : 174 Kal
Protein : 4.6 gr
Vit.A : 130 S1

Nilai gizi (bubur susu dengan susu tepung)
Energi : 213 Kal
Protein : 4.6 gr
Vit.A : 314 S1

B. MAKANAN LUNAK (NASI TIM BAYI)

1. Dari bahan segar
bahan:
• 2 sendok makan peres beras
• 1 potong tempe atau tahu atau kacang-kacangan atau ikan atau satu butir telur ayam
• 10 lembar daun bayam atau sayuran hijau lain
• 2-3 gelas air, 1 sendok makan minyak kelapa atau 2 sendok makan santan
• garam secukupnya

Cara membuatnya :
• masukkan air yang telah dicampur minyak kelapa atau air yang telah dicampur santan ke dalam panci berisi beras, tahu atau tempe atau lauj-pauk lain, tambahkan garam secukupnya
• masaklah bahan-bahan sambil diaduk sampai matang
• masukkan daun bayam atau daun kangkung atau sayuran hijau lain yang sudah diris ahalus
• setelah sayuran matang, angkat makanan dari api
• dinginkan
• makanan siap diberikan kepada bayi.

2. Dari makanan keluarga
bahan:
• 5 sendok makan nasi
• 1 potong lauk-pauk yang tersedia hari itu, misalnya tempe goreng atau tahu goreng atau ikan goreng atau telur. Jangan berikan lauk yang pedas
• sayuran yang tersedia hari itu, misalnya sayur bening, sayur tumis atau sayuran bersantan
• kuah sayur bening atau kuah sayur bersantan yang cukup untuk menghaluskan nasi.

Cara membuatnya:
• taruh nasi, lauk-pauk dan sayur dalam keadaan masih hangat dalam piring kecil atau mangkok
• tuangkan kuah sayur bening atau kuah sayur bersantan sedikit demi sedikit ke dalam piring atau mangkok
• campurkan dan lembutkan semua makanan tersebut denmgan sendok
• makanan siap diberikan kepada bayi.

Permasalahan dalam Pemberian Makanan Bayi

PERMASALAHAN DALAM PEMBERIAN MAKANAN BAYI DAN ANAK UMUR 0-24 BULAN

Dari hasil beberapa penelitian menyatakan bahwa keadaan kurang gizi pada bayi dan anak disebabkan karena kebiasaan pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) yang tidak tepat. Keadaan ini memerlukan penanganan tidak hanya dengan penyediaan pangan, tetapi dengan pendekatan yang lebih komunikatif sesuai dengan tingkat pendidikan dan kemampuan masyarakat. Selain itu ibu-ibu kurang menyadari bahwa setelah bayi berumur 4-6 bulan memerlukan MP-ASI dalam jumlah dan mutu yang semakin bertambah, sesuai dengan pertambahan umur bayi dan kemampuan alat cernanya. Beberapa permasalahan dalam pemberian makanan bayi/anak umur 0-24 bulan :

1.Pemberian Makanan Pralaktal (Makanan sebelum ASI keluar)
Makanan pralaktal adalah jenis makanan seperti air kelapa, air tajin, air teh, madu, pisang, yang diberikan pada bayi yang baru lahir sebelum ASI keluar. Hal ini sangat berbahaya bagi kesehatan bayi, dan mengganggu keberhasilan menyusui.

2.Kolostrum dibuang
Kolostrum adalah ASI yang keluar pada hari-hari pertama, kental dan berwarna kekuning-kuningan. Masih banyak ibu-ibu yang tidak memberikan kolostrum kepada bayinya. Kolostrum mengandung zat kekebalan yang dapat melindungi bayi dari penyakit dan mengandung zat gizi tinggi. Oleh karena itu kolostrum jangan dibuang.

3.Pemberian MP-ASI terlalu dini atau terlambat
Pemberian MP-ASI yang terlalu dini (sebelum bayi berumur 4 bulan) menurunkan konsumsi ASI dan gangguan pencernaan/diare. Kalau pemberian MP-ASI terlambat bayi sudah lewat usia 6 bulan dapat menyebabkan hambatan pertumbuhan anak.

4.MP-ASI yang diberikan tidak cukup
Pemberian MP-ASI pada periode umur 4-24 bulan sering tidak tepat dan tidak cukup baik kualitas maupun kuantitasnya. Adanya kepercayaan bahwa anak tidak boleh makan ikan dan kebiasaan tidak menggunakan santan atau minyak pada makanan anak, dapat menyebabkan anak menderita kurang gizi terutama energi dan protein serta beberapa vitamin penting yang larut dalam lemak.

5.Pemberian MP-ASI sebelum ASI
Pada usia 4-6 bulan, pemberian ASI yang dilakukan sesudah MP-ASI dapat menyebabkan ASI kurang dikonsumsi. Pada periode ini zat-zat yang diperlukan bayi terutama diperoleh dari ASI. Dengan memberikan MP-ASI terlebih dahulu berarti kemampuan bayi untuk mengkonsumsi ASI berkurang, yang berakibat menurunnya produksi ASI. Hal ini dapat berakibat anak menderita kurang gizi. Seharusnya ASI diberikan dahulu baru MP-ASI.

6.Frekuensi pemberian MP-ASI kurang
Frekuensi pemberian MP-ASI dalam sehari kurang akan berakibat kebutuhan gizi anak tidak terpenuhi.

7.Pemberian ASI terhenti karena ibu kembali bekerja
Di daerah kota dan semi perkotaan, ada kecenderungan rendahnya frekuensi menyusui dan ASI dihentikan terlalu dini pada ibu-ibu yang bekerja karena ibu sibuk. Hal ini menyebabkan konsumsi zat gizi rendah apalagi kalau pemberian MP-ASI pada anak kurang diperhatikan.

8.Kebersihan kurang
Pada umumnya ibu kurang menjaga kebersihan terutama pada saat menyediakan dan memberikan makanan pada anak. Masih banyak ibu yang menyuapi anak dengan tangan, menyimpan makanan matang tanpa tutup makanan/tudung saji dan kurang mengamati perilaku kebersihan dari pengasuh anaknya. Hal ini memungkinkan timbulnya penyakit infeksi seperti diare (mencret) dan lain-lain.
“menyuapi anak dengan tangan yang kotor dapat menyebabkan anak mencret”

9.Prioritas gizi yang salah pada keluarga
Banyak keluarga yang memprioritaskan makanan untuk anggota keluarga yang lebih besar, seperti ayah atau kakak tertua dibandingkan untuk anak baduta dan bila makan bersama-sama anak baduta selalu kalah.


Sumber: Buku Pedoman Pemberian Makanan Pendamping ASI

Meneg Pemberdayaan Perempuan, Ikatan Dokter Anak Indonesia, BK PP-ASI dan Lintas Program di Departemen Kesehatan

Makanan Anak 0-24 Bulan

PEMBERIAN MAKANAN ANAK UMUR 0-24 BULAN YANG BAIK DAN BENAR

Sesuai dengan bertambahnya umur bayi/anak, perkembangan dan kemampuan bayi/anak menerima makanan, makanan bayi/anak umur 0-24 bulan dibagi menjadi 5 tahap :

a. Makanan bayi umur 0-4 bulan
b. Makanan bayi umur 4–6 bulan
c. Makanan bayi umur 6–9 bulan
d. Makanan anak umur 9–12 bulan
e. Makanan anak umur 12–24 bulan

Pada situasi khusus seperti anak sakit atau ibu bekerja, pemberian makanan bayi/anak perlu penanganan secara khusus.

A. MAKANAN BAYI UMUR 0 – 4 BULAN

1. Hanya ASI saja ( ASI Eksklusif )

Kontak fisik dan hisapan bayi akan merangsang produksi ASI terutama pada 30 menit pertama setelah lahir. Pada periode ini ASI saja sudah dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi. Perlu diingat bahwa ASI adalah makanan terbaik untuk bayi. Menyusui sangat baik untuk bayi dan ibu. Dengan menyusui akan terbina hubungan kasih sayang antara ibu dan anak.

2. Berikan kolostrum

Kolostrum adalah ASI yang keluar pada hari-hari pertama, kental dan berwarna kekuning-kuningan. Kolostrum mengandung zat-zat gizi dan zat kekebalan yang tinggi.

3. Berikan ASI dari kedua payudara

Berikan ASI dari satu payudara sampai kosong, kemudian pindah ke payudara lainnya, ASI diberikan 8 – 10 kali setiap hari.

INGAT !
• Beri ASI saja sampai umur 4 bulan
• Berikan kolostrum


B. MAKANAN BAYI UMUR 4 – 6 BULAN

1. Pemberian ASI diteruskan, diberikan dari kedua payudara secara bergantian

2. Bayi mulai diperkenalkan dengan MP-ASI berbentuk lumat halus karena bayi sudah memiliki reflek mengunyah. Contoh MP-ASI berbentuk halus antara lain : bubur susu, biskuit yang ditambah air atau susu, pisang dan pepaya yang dilumatkan. Berikan untuk pertama kali salah satu jenis MP-ASI, misalnya pisang lumat. Berikan sedikit demi sedikit mulai dengan jumlah 1-2 sendok makan, 1-2 kali sehari. Berikan untuk beberapa hari secara tetap, kemudian baru dapat diberikan jenis MP-ASI yang lainnya.

3. Perlu diingat tiap kali berikan ASI lebih dulu baru MP-ASI, agar ASI dimanfaatkan seoptimal mungkin. MP-ASI berbentuk cairan diberikan dengan sendok, jangan sekali-kali menggunakan botol dan dot. Penggunaan botol dan dot berisiko selain dapat pula menyebabkan bayi/anak mencret itu dapat mengakibatkan infeksi telinga.

4. Memberikan MP-ASI dengan botol dan dot untuk anak baduta sambil tiduran dapat menyebabkan infeksi telinga tengah, apabila MP-ASI masuk keruang tengah.

5. Memperkenalkan makanan baru pada bayi, jangan dipaksa. Kalau bayi sulit menerima, ulangi pemberiannya pada waktu bayi lapar, sedikit demi sedikit dengan sabar, sampai bayi terbiasa dengan rasa makanan tersebut.

INGAT !
• Teruskan pemberian ASI
• Berikan ASI lebih dulu, baru MP-ASI
• Berikan makanan lumat halus 1-2 x sehari


C. MAKANAN BAYI UMUR 6 – 9 BULAN

1. Pemberian ASI diteruskan

2. Pada umur 6 bulan keadaan alat cerna sudah semakin kuat oleh karena itu, bayi mulai diperkenalkan dengan MP-ASI lumat 2 x sehari. (cara membuat terlampir).

3. Untuk mempertinggi nilai gizi makanan, nasi tim bayi ditambah sedikit demi sedikit dengan sumber zat lemak, yaitu santan atau minyak kelapa/margarin. Bahan makanan ini dapat menambah kalori makanan bayi, disamping memberikan rasa enak juga mempertinggi penyerapan vit A dan zat gizi lain yang larut dalam lemak.

4. Setiap kali makan, berikanlah MP-ASI bayi dengan takaran paling sedikit sbb :

• Pada umur 6 bulan – beri 6 sendok makan

• Pada umur 7 bulan – beri 7 sendok makan

• Pada umur 8 bulan – beri 8 sendok makan

• Pada umur 9 bulan – beri 9 sendok makan

“ Bila bayi meminta lagi, ibu dapat menambahnya”


D. MAKANAN BAYI UMUR 9 - 12 BULAN

1. Pada umur 10 bulan bayi mulai diperkenalkan dengan makanan keluarga secara bertahap. Karena merupakan makanan peralihan ke makanan keluarga, bentuk dan kepadatan nasi tim bayi harus diatur secara berangsur, lambat laun mendekati bentuk dan kepadatan makanan keluarga.

2. Berikan makanan selingan 1 kali sehari. Pilihlah makanan selingan yang bernilai gizi tinggi, seperti bubur kacang ijo, buah, dll. usahakan agar makanan selingan dibuat sendiri agar kebersihannya terjamin.

3. Bayi perlu diperkenalkan dengan beraneka ragam bahan makanan. Campurkanlah ke dalam makanan lembik berbagai lauk pauk dan sayuran secara berganti-ganti (terlampir). Pengenalan berbagai bahan makanan sejak usia dini akan berpengaruh baik terhadap kebiasaan makan yang sehat dikemudian hari.

INGAT !
• Teruskan pemberian ASI
• Berikan makanan lunak 3 kali sehari dengan takaran yang cukup
• Berikan makanan selingan 1 kali sehari
• Perkenalkan bayi dengan beraneka ragam bahan makanan


E. MAKANAN ANAK UMUR 12 – 24 BULAN

1. Pemberian ASI diteruskan. Pada periode umur ini jumlah ASI sudah berkurang, tetapi merupakan sumber zat gizi yang berkualitas tinggi.

2. Pemberian MP-ASI atau makanan keluarga sekurang-kurangnya 3 kali sehari dengan porsi separuh makanan orang dewasa setiap kali makan. Disamping itu tetap berikan makanan selingan 2 kali sehari.

3. Variasi makanan diperhatikan dengan menggunakan Padanan Bahan Makanan. Misalnya nasi diganti dengan: mie, bihun, roti, kentang, dll. Hati ayam diganti dengan: tahu, tempe, kacang ijo, telur, ikan. Bayam diganti dengan: daun kangkung, wortel, tomat. Bubur susu diganti dengan: bubur kacang ijo, bubur sumsum, biskuit, dll.

4. Menyapih anak harus bertahap, jangan dilakukan secara tiba-tiba. Kurangi frekuensi pemberian ASI sedikit demi sedikit.

INGAT !
• Teruskan pemberian ASI
• Berikan makanan keluarga 3 kali sehari
• Berikan makanan selingan 2 kali sehari
• Gunakan beraneka ragam bahan makanan setiap harinya.

Sumber: Buku Pedoman Pemberian Makanan Pendamping ASI
Meneg Pemberdayaan Perempuan, Ikatan Dokter Anaj Indonesia, BK PP-ASI dan Lintas Program di Departemen Kesehatan






Rabu, 10 September 2008

Sakit Kuning Pada Bayi

Jaundice adalah warna kekuningan yang didapatkan pada kulit dan lapisan mukosa (seperti bagian putih mata) sebagian bayi baru lahir. Dalam bahasa Indonesia hal ini lebih sering disebut sebagai ‘bayi kuning’ saja. Istilah lain yang kadang digunakan adalah ikterik. Hal ini dapat terjadi pada bayi dengan warna kulit apapun.

Bagaimana jaundice terjadi?

Warna kekuningan terjadi karena penumpukan zat kimia yang disebut bilirubin. Sel darah merah manusia memiliki waktu hidup tertentu. Setelah waktu hidupnya selesai, sel darah merah akan diuraikan menjadi beberapa zat, salah satunya bilirubin. Bilirubin ini akan diproses lebih lanjut oleh hati untuk kemudian dibuang sebagai empedu. Pada janin, tugas tersebut dapat dilakukan oleh hati ibu. Setelah lahir, tugas tersebut harus dilakukan sendiri oleh hati bayi yang belum cukup siap untuk memproses begitu banyak bilirubin sehingga terjadilah penumpukan bilirubin.

Apakah jaundice berbahaya?

Sebagian besar jaundice tidak berbahaya. Namun pada situasi tertentu di mana kadar bilirubin menjadi sangat tinggi, kerusakan otak dapat terjadi. Hal ini terjadi karena walaupun secara normal bilirubin tidak dapat melewati pembatas jaringan otak dan aliran darah, pada kadar yang sangat tinggi pembatas tersebut dapat ditembus sehingga bilirubin meracuni jaringan otak. Keadaan akut pada minggu-minggu awal pasca kelahiran di mana terjadi gangguan otak karena keracunan bilirubin ini disebut sebagai ‘acute bilirubin encephalopathy’. Bila keadaan tersebut tidak diatasi, kerusakan otak dapat berlanjut menjadi kronik dan permanen menjadi suatu kondisi yang disebut ‘kernicterus’. Inilah alasan mengapa bayi baru lahir harus diperiksa dengan teliti untuk menilai ada tidaknya jaundice dan ditangani secara tepat jika ditemukan adanya jaundice.
Bilirubin juga dapat menjadi sangat tinggi pada infeksi yang berat, penyakit hemolisis autoimun (penghancuran sel darah merah oleh sistem kekebalan tubuh sendiri), atau kekurangan enzim tertentu.

Bagaimana penilaian jaundice dilakukan?

Penilaian jaundice dilakukan pada bayi baru lahir berbarengan dengan pemantauan tanda-tanda vital (detak jantung, pernapasan, suhu) bayi, minimal setiap 8-12 jam. Salah satu tanda jaundice adalah tidak segera kembalinya warna kulit setelah penekanan dengan jari. Cara menilai jaundice membutuhkan cahaya yang cukup, misalnya dengan kadar terang siang hari atau dengan cahaya fluorescent. Jaundice umumnya mulai terlihat dari wajah, kemudian dada, perut, lengan, dan kaki seiring dengan peningkatan kadar bilirubin. Bagian putih mata juga dapat tampak kuning. Jaundice lebih sulit dinilai pada bayi dengan warna kulit gelap. Karena itu penilaian jaundice tidak dapat hanya didasarkan pada pengamatan visual. Jika ditemukan tanda jaundice pada 24 jam pertama setelah lahir, pemeriksaan kadar bilirubin harus dilakukan. Demikian pula jika jaundice tampak terlalu berat untuk usia tertentu bayi atau ada keraguan mengenai beratnya jaundice dari pengamatan visual.
Pemeriksaan kadar bilirubin dapat dilakukan melalui kulit (TcB: Transcutaneus Bilirubin) atau dengan darah (TSB: Total Serum Bilirubin). Kadar bilirubin yang diperoleh dari pemeriksaan ini dapat menggambarkan besar kecilnya risiko yang dihadapi si bayi, seperti terilustrasikan pada nomogram.

Bagaimana membedakan berbagai jenis jaundice?

Jaundice fisiologis (normal) dapat terjadi pada 50% bayi baru lahir.5 Tipe jaundice ini umumnya diawali pada usia 2-3 hari, memuncak pada hari 4-5, dan menghilang dengan sendirinya pada usia 2 minggu.
Jaundice karena ketidakcocokan rhesus atau golongan darah ibu dan bayi umumnya terjadi dalam 24 jam pertama setelah lahir. Tipe jaundice ini memiliki risiko besar untuk mencapai kadar bilirubin yang sangat tinggi.
Ketidakcocokan rhesus ibu dan janin dapat terjadi jika ibu memiliki rhesus negatif sementara si janin memiliki rhesus positif. Di Indonesia, hal ini relatif jarang terjadi karena sebagian besar penduduk Indonesia memiliki rhesus positif. Di negara dengan proporsi rhesus negatif yang relatif besar, beberapa pemeriksaan dilakukan untuk mempersiapkan ibu dan bayi menghadapi kemungkinan ketidakcocokan rhesus. Setiap ibu hamil menjalani pemeriksaan golongan darah dan tipe rhesus. Jika pemeriksaan tersebut tidak dilakukan dalam kehamilan atau jika ibu memiliki rhesus negatif, maka saat kelahiran dilakukan pemeriksaan pada darah bayi untuk mengetahui golongan darah, rhesus, dan ada tidaknya antibodi yang dapat menyerang sel darah merah bayi.

Apakah ASI berhubungan dengan jaundice?

Jaundice lebih sering terjadi pada bayi yang memperoleh ASI dibanding bayi yang memperoleh susu formula. Ada dua macam jaundice yang dapat terjadi sehubungan dengan ASI:

  • Breastfeeding jaundice (5-10% bayi baru lahir): Hal ini terjadi pada minggu pertama setelah lahir pada bayi yang tidak memperoleh cukup ASI. Bilirubin akan dikeluarkan dari tubuh dalam bentuk empedu yang dialirkan ke usus. Selain itu, empedu dapat terurai menjadi bilirubin di usus besar untuk kemudian diserap kembali oleh tubuh. Jika bayi tidak memperoleh cukup ASI, gerakan usus tidak banyak terpacu sehingga tidak banyak bilirubin yang dapat dikeluarkan sebagai empedu. Dan bayi yang tidak memperoleh cukup ASI tidak mengalami buang air besar yang cukup sering sehingga bilirubin hasil penguraian empedu akan tertahan di usus besar dan diserap kembali oleh tubuh. Selain itu kolostrum yang banyak terkandung pada ASI di hari-hari awal setelah persalinan memicu gerakan usus dan BAB. Karena itu, jika Anda menyusui, Anda harus melakukannya minimal 8-12 kali per hari dalam beberapa hari pertama. Dan penting untuk diperhatikan bahwa tidak pernah ada alasan untuk memberikan air atau air gula pada bayi untuk mencegah kenaikan bilirubin.

Untuk menilai apakah bayi telah memperoleh asupan ASI yang cukup, ada beberapa hal yang dapat diperhatikan:

  • Bayi yang memperoleh ASI tanpa suplemen apapun akan mengalami berkurangnya berat badan maksimal
  • Bayi yang memperoleh cukup ASI akan BAK dengan membasahi seluruh popoknya 4-6 kali per hari dan BAB 3-4 kali pada usia 4 hari. Pada usia 3-4 hari, feses bayi harus telah berubah dari mekonium (warna gelap) menjadi kekuningan dengan tekstur lunak.
  • Breastmilk jaundice (1% bayi baru lahir): Hal ini terjadi dalam akhir minggu pertama atau awal minggu kedua setelah lahir. Sebagian kecil ibu memiliki suatu zat dalam ASI mereka yang dapat menghambat pengolahan bilirubin oleh hati.6,7 Keadaan ini tidak memerlukan penghentian pemberian ASI karena tipe jaundice ini ringan dan sama sekali tidak pernah menimbulkan kernicterus atau bahaya lainnya. Tipe jaundice ini hanya memiliki sedikit sekali kenaikan bilirubin dan akan menghilang seiring dengan makin matangnya fungsi hati bayi pada usia 3-10 minggu. Secara umum, jaundice karena sebab apapun tidak pernah merupakan alasan untuk menghentikan pemberian ASI.

Kapan bayi harus diperiksa setelah meninggalkan RS/RB?
Sebelum meninggalkan RS/RB, risiko bayi mengalami hiperbilirubinemia harus dinilai. Penilaian ini oleh American Academy of Pediatrics disarankan dengan melakukan pengukuran kadar bilirubin (TSB atau TcB), penilaian faktor risiko, atau keduanya. Yang merupakan faktor risiko adalah:

Faktor risiko mayor:
  • TSB atau TcB di high-risk zone
  • Jaundice dalam 24 jam pertama
  • Ketidakcocokan golongan darah atau rhesus
  • Penyakit hemolisis (penghancuran sel darah merah), misal: defisiensi G6PD yang dibutuhkan sel darah merah untuk dapat berfungsi normal
  • Usia gestasi 35-36 minggu
  • Riwayat terapi cahaya pada saudara kandung
  • Memar yang cukup berat berhubungan dengan proses kelahiran, misal: pada kelahiran yang dibantu vakum
  • Pemberian ASI eksklusif yang tidak efektif sehingga tidak mencukupi kebutuhan bayi, ditandai dengan penurunan berat badan yang berlebihan
  • Ras Asia Timur, misal: Jepang, Korea, Cina
Faktor risiko minor:
  • TSB atau TcB di high intermediate-risk zone
  • Usia gestasi 37-38 minggu
  • Jaundice tampak sebelum meninggalkan RS/RB
  • Riwayat jaundice pada saudara sekandung
  • Bayi besar dari ibu yang diabetik
  • Usia ibu ≥ 25 tahun
  • Bayi laki-laki

Jika tidak ditemukan satu pun faktor risiko, risiko jaundice pada bayi sangat rendah.
Pemeriksaan bayi pertama kali setelah meninggalkan RS/RB adalah pada usia 3-5 hari karena pada usia inilah umumnya bayi memiliki kadar bilirubin tertinggi. Secara detail, jadwal pemeriksaan bayi setelah meninggalkan RS/RB adalah sebagai berikut:

  • Jika bayi meninggalkan RS/RB <>
  • Jika bayi meninggalkan RS/RB pada usia antara 24 – 47,9 jam à pemeriksaan pada usia 96 jam (4 hari)
  • Jika bayi meninggalkan RS/RB pada usia antara 48 – 72 jam à pemeriksaan pada usia 120 jam (5 hari)

Pemeriksaan yang dilakukan harus meliputi:

  • Berat badan bayi dan perubahan dari berat lahir
  • Kecukupan asupan ASI/susu formula
  • Pola BAK dan BAB
  • Ada tidaknya jaundice

Jika ada keraguan mengenai penilaian derajat jaundice, pemeriksaan kadar bilirubin harus dilakukan. Jika ada satu atau lebih faktor risiko, pemeriksaan setelah meninggalkan RS/RB dapat dilakukan lebih awal.
Selain pemeriksaan kadar bilirubin, penyebab jaundice juga harus dicari. Misalnya dengan memeriksa kadar bilirubin terkonjugasi dan tidak terkonjugasi, melakukan urinalisis dan kultur urin jika yang meningkat terutama adalah kadar bilirubin terkonjugasi, melakukan pengukuran kadar enzim tertentu jika ada riwayat serupa dalam keluarga atau bayi menunjukkan tanda-tanda spesifik.
Bagaimana jaundice ditangani?

Sebagian besar jaundice adalah keadaan fisiologis yang tidak membutuhkan penanganan khusus selain dilanjutkannya pemberian ASI yang cukup. Namun pada keadaan tertentu, jaundice memerlukan terapi khusus yaitu terapi cahaya atau exchange transfusion.

Terapi cahaya

Perlu tidaknya terapi cahaya ditentukan dari kadar bilirubin, usia gestasi (kehamilan) saat bayi lahir, usia bayi saat jaundice dinilai, dan faktor risiko lain yang dimiliki bayi, seperti digambarkan pada grafik.

Beberapa faktor risiko yang penting adalah

  • Penyakit hemolisis autoimun (penghancuran sel darah merah oleh sistem kekebalan tubuh sendiri)
  • Kekurangan enzim G6PD yang dibutuhkan sel darah merah untuk berfungsi normal
  • Kekurangan oksigen
  • Kondisi lemah/tidak responsif
  • Tidak stabilnya suhu tubuh
  • Sepsis (keadaan infeksi berat di mana bakteri telah menyebar ke seluruh tubuh)
  • Gangguan keasaman darah
  • Kadar albumin (salah satu protein tubuh) <>

Pada bayi yang menerima ASI yang harus menjalani terapi cahaya, pemberian ASI dianjurkan untuk tetap dilakukan. Namun ASI juga dapat dihentikan sementara untuk menurunkan kadar bilirubin dan meningkatkan efek terapi cahaya.
Selama terapi cahaya, beberapa hal ini perlu diperhatikan:

  • Pemberian ASI atau susu formula setiap 2-3 jam
  • Jika TSB ≥25 mg/dL, ulangi pengukuran dalam 2-3 jam
  • Jika TSB 20–25 mg/dL, ulangi pengukuran dalam 3-4 jam
  • Jika TSB <20>
  • Jika TSB terus menurun, ulangi pengukuran dalam 8-12 jam
  • Jika TSB tidak menurun atau meningkat menuju batas perlunya exchange transfusion, pertimbangkan exchange transfusion

Pada penyakit hemolisis autoimun, pemberian {gamma}-globulin (gamma globulin) direkomendasikan jika TSB tetap meningkat dengan terapi cahaya atau TSB berada 2-3 mg/dL dari batas perlunya exchange transfusion. Pemberian ini dapat diulangi dalam 12 jam. Pemberian {gamma}-globulin dapat menghindari perlunya exchange transfusion pada bayi dengan ketidakcocokan rhesus atau golongan darah.
Penghentian terapi cahaya ditentukan oleh usia bayi saat dimulainya terapi tersebut, kadar bilirubin, dan penyebab jaundice. Pada bayi yang diterapi cahaya setelah sempat dipulangkan dari RS/RB pasca kelahiran, terapi cahaya umumnya dihentikan jika kadar bilirubin sudah di bawah 13-14 mg/dl. Pengukuran ulang bilirubin setelah 24 jam penghentian terapi direkomendasikan terutama pada bayi dengan penyakit hemolisis atau bayi yang menyelesaikan terapi cahaya sebelum usia 3-4 hari.

Exchange transfusion

Penanganan khusus lainnya yang mungkin diperlukan pada bayi dengan jaundice adalah exchange transfusion. Exchange transfusion adalah tindakan di mana darah pasien diambil sedikit demi sedikit dengan meningkatkan volume pengambilan pada setiap siklusnya, untuk kemudian digantikan dengan darah transfusi dengan jumlah yang sama. Panduan exchange transfusion ini dapat dilihat pada grafik.

Cara membaca kurva pada grafik ini sama dengan kurva pada grafik panduan terapi cahaya. Exchange transfusion dilakukan dengan segera pada bayi dengan gejala ’acute bilirubin encephalopathy’ seperti meningkatnya ketegangan otot, meregangnya bayi dengan posisi seperti busur, demam, tangisan dengan nada tinggi, atau jika TSB ≥ 5 mg/dl di atas kurva yang sesuai.
Jika kadar TSB berada pada level di mana exchange transfusion dibutuhkan atau ≥ 25 mg/dl, hal ini adalah keadaan gawat darurat dan harus segera ditangani.