Subscribe to RSS feeds

Rabu, 16 Desember 2009

Mengurangi Bentakan pada Anak

Anak cenderung untuk meniru perilaku orangtuanya. Seorang anak yang selalu dibentak, diomeli, atau dimarahi, akan tumbuh dengan keyakinan bahwa dia sah-sah saja berkomunikasi dengan menggunakan bentakan, omelan, atau kemarahan.

Nah, bagaimana me-manage kekesalan kita pada anak, supaya kita tak perlu ngomel (apalagi membentak atau memarahi)? Berikut ini tipsnya.

1. Berikan instruksi dengan jelas.
Sebagai contoh, Anda sudah capek berkali-kali menyuruh anak menaruh baju kotornya di tempat khusus, tapi mereka tetap saja menggeletakkan baju-baju itu di lantai. Nah, daripada ngomel, lebih baik kita teliti, jangan-jangan anak kita memang belum bisa membiasakan diri melakukan sesuatu atau tidak paham instruksi kita.

Anak usia di bawah 7 tahun butuh bantuan ortu dalam pembiasaan sesuatu. Jadi, jangan beri instruksi saja, melainkan ajak anak bersama-sama mengambil bajunya dari lantai lalu menaruhnya di ember cucian.
Jika anak sudah berusia belasan tahun, gunakan kata “saya”, bukan “kamu”, misalnya, “Mama lihat kamu masih meletakkan bajumu di lantai.” Jangan ngomel, “Kamu kenapa sih, kok naruh baju kotor di lantai melulu?!”
Hindari kata “melulu, selalu, terus-terusan, atau pasti” karena pelabelan semacam ini malah mendorong anak untuk terus melakukan kebiasaan buruknya.

2. Selalu introspeksi sumber kemarahan Anda.
Seringkali, kemarahan kita pada anak sesungguhnya bersumber dari problem yang ada dalam diri kita. Bila Anda capek pulang dari kantor atau capek seharian mempersiapkan makanan untuk arisan nanti sore, lalu Anda melihat anak Anda menumpahkan susu di karpet, sangat mungkin Anda segera meledak dan ngomel panjang lebar.
Karena itu, saat ada insiden yang membuat Anda marah, tahan sebentar dan introspeksi diri. Tanyalah pada diri sendiri, apakah perilaku anak Anda memang patut ditegur atau bisa dibiarkan saja.

Misalnya, saat Anda baru pulang (dan tadi di kantor sedang suntuk karena perilaku atasan), anak-anda Anda bertengkar dan salah satunya mengadu sambil menangis. Kalau Anda sedang tidak mood untuk menyelesaikan insiden yang terjadi, katakan pada anak Anda bahwa perasaan Anda sedang tidak enak dan Anda akan membicarakan masalah itu nanti. Kalau ada anggota keluarga yang bisa dimintai bantuan (misalnya suami), lebih baik serahkan urusan anak kepadanya sampai perasaan Anda membaik.

3. Identifikasi problem Anda.
Ngomel dan membentak tidak membuat problem Anda selesai. Anak remaja tidak tahu bahwa Anda sakit kepala saat mereka menghidupkan kaset keras-keras. Anak-anak butuh penjelasan dari orangtua apa yang dirasakan oleh orangtua supaya mereka memahami apa yang sedang terjadi. Jadi, daripada ngomel, “Hey, kecilin bunyi tape-nya! Mama pusing!” lebih baik jelaskan baik-baik bahwa Anda tidak tahan bunyi keras dan kepala Anda pusing bila mendengar bunyi keras.
Anak kecil juga tidak paham mengapa Anda harus marah saat dia menumpahkan sesuatu di karpet. Karena itu, daripada ngomel, “Tuh kan, tumpah lagi! Mama kan sudah bilang, hati-hati!” lebih baik Anda mengajak anak Anda mengelap karpet dan jelaskan bahwa kita harus menjaga kebersihan karpet.

4. Penuhi kebutuhan dasar Anda dulu.
Jika Anda berusaha menyelesaikan masalah dengan anak saat Anda lelah atau lapar, berarti saat itu kebutuhan dasar Anda belum terpenuhi dan hal ini akan menambah rasa frustasi. Karena itu, bila situasinya memungkinkan, Anda sebaiknya makan atau istrirahat dulu, baru selesaikan masalah dengan anak Anda.

5. Berikan respon, bukan reaksi.
Membentak dan mengomel adalah tindakan reaktif dan kadang malah membuat anak menggunakan cara ‘mengganggu’ untuk mencari perhatian dari Anda. Bila ada perilaku anak yang menurut Anda tak pantas, daripada bersikap reaktif (ngomel/membentak), lebih baik bersikap responsif. Tataplah mata anak Anda dan ungkapkan maksud Anda dalam kalimat yang pendek. Contohnya, daripada ngomel, “Heh, Mama udah capek bilang sama kamu, naruh tas jangan di sini! Taruh di kamar sana!” pakailah kalimat pendek dan tegas (sambil menatap mata anak), “Nak, tolong taruh tasnya di kamar. Sekarang.”

Sumber: “Effective Parenting Lessons: How to Stop Yelling at Your Children” karya Marie Magdala Roker


Selasa, 15 Desember 2009

Menangani Penyakit Mulut dan Kuku

Sekalipun orang dewasa bisa juga tertular, penyakit Mulut, Kaki dan Tangan (Coxsackie) ini lebih sering tampak pada anak-anak di bawah usia 10 tahun, termasuk pula bayi.....


Masalahnya, jika bintil berair itu ada di mulut balita, bisa dibayangkan betapa perihnya mulut yang tampaknya seperti sariawan itu. Untuk mengurangi rasa sakit tersebut, umumnya dokter memberi obat oles mulut, semacam obat untuk sariawan. Antibiotika tidak diperlukan, kecuali ada tambahan infeksi bakteri.

Juga, karena mulutnya perih, orang tua sangat khawatir karena anaknya tidak mau makan dan minum. Makanya, anak yang dirawat umumnya hanya diberi cairan infus sebagai pengganti makanan yang dibutuhkan tubuh. Uniknya, anak biasanya tidak kelihatan seperti anak sakit. Tak heran, kalau selama dalam perawatan, ia bisa mondar-mandir di kamar sambil membawa infus yang menempel di lengan.

Yang pasti, penyakit MKT ini jarang membahayakan penderitanya, kecuali kalau ada komplikasi. Walau begitu, kalau anak masih saja demam, mengantuk, lemas dan tidak bergairah, segeralah bawa ke dokter. Bisa jadi telah terjadi komplikasi. Kalau dibiarkan berlarut-larut, dikhawatirkan virus bisa sampai ke jaringan otak dan menyebabkan ensefalitis (radang jaringan otak).

Kalau ini yang terjadi, akibatnya bisa fatal. Inilah yang dialami oleh murid sekolah dasar di Malaysia tahun 1997. Dari ratusan murid sekolah yang harus dirawat di rumah sakit, 26 orang di antaranya meninggal. Waktu itu, sekolah sampai harus diliburkan selama seminggu. Jika penyebab penyakit MKT ringan, sekolah tak perlu diliburkan

Jaga kebersihan. Yang benar-benar perlu diwaspadai adalah, penyakit ini sangat mudah menular. Proses penularannya bisa dari cairan yang keluar dari bintil-bintil di mulut, kaki dan tangan, bisa juga dari kotoran (tinja) si kecil. “Anak yang terkena MKT (dengan bintil-bintil di tangan yang baru pecah) memegang mainan, lalu mainan itu dipegang oleh temannya. Dari sini, jelaslah bahwa si teman anak sudah tertular.

Juga, karena menahan rasa sakit di mulut, anak-anak yang masih kecil tak jarang meneteskan air liur. Nah, air liur itu bisa saja menetes pada bajunya. Jika baju yang basah itu kemudian dipegang oleh orang lain, ya ikut-ikutan tertular juga.

Bagaimana penularan via kotoran? Gampang juga..... Dari kotoran yang menempel pada diaper yang tak langsung dibuang, atau tangan pengasuh yang kurang bersih dicuci setelah membersihkan kotoran bayi. Tangan yang sudah tertempel virus itu berpotensi menularkan penyakit pada orang lain. Apalagi, bila ia harus pula menyediakan makanan atau memegang makanan.

Jalan keluar. Jika bayi Anda terkena MKT, sebaiknya diaper yang kotor terkena tinja langsung dibuang dan dimusnahkan. Apalagi, virus yang tersimpan dalam tinja bisa bertahan lama. Juga, si pengasuh harus lebih memperhatikan kebersihan tangannya.

Lalu, jangan dikira jika balita yang sudah sembuh serta bintil berisi cairan di mulut dan tangan sudah hilang, tidak mungkin menularkan MKT lagi! Sekalipun sudah lewat 2 minggu, Anda harus tetap waspada. Tinja bayi dan balita masih bisa menularkan virus itu.

Coxsackie, Virus Penyerang Balita

Jangankan mengunyah makanan, untuk minum pun, mulut pedih sekali! Ya, itulah salah satu gejala penyakit mulut, kaki dan tangan (MKT). Repotnya, penyakit ini amat mudah menular, khususnya bagi balita....

Karena tak terlalu membahayakan, penyakit ini memang sering terlewatkan begitu saja. Apalagi, gejalanya juga tak terlalu istimewa. Dan, entah mengapa, jumlah penderita penyakit ini biasanya meningkat pada musim pancaroba.

Cirinya: bintil-bintil berair. Umumnya, anak yang kurang sehat akan rewel, mogok makan dan minum, serta tubuh agak sumang (suhu tubuh agak naik). Namun, bila rewelnya berlanjut dengan bertambah sulitnya anak makan plus mulutnya sakit sampai keluar air liur (untuk menelan air liur saja perih, apalagi minum), maka Anda perlu ekstra hati-hati. Bisa jadi, anak Anda bukan menderita sariawan biasa.

Anda coba perhatikan, apakah ada bintil-bintil berisi air dalam mulut anak dan sebagian di antaranya mungkin sudah pecah. Kalau ada, ini adalah salah satu gejala dari penyakit MKT.

Memang, bintil-bintil berisi cairan merupakan salah satu gejala khas dari penyakit MKT atau hand, foot and mouth disease (HFMD) . Tapi jangan samakan ini dengan penyakit kuku dan mulut pada binatang ternak. Biar namanya mirip, tapi penyakit ini sama sekali berbeda dengan penyakit kuku dan mulut pada sapi misalnya!

Di Indonesia, kebanyakan virus penyebab penyakit MKT termasuk enterovirus yang dikenal sebagai virus coxsackie A16 atau enterovirus 71. Virus coxsackie adalah sejenis enterovirus yang hidup di usus halus. Karena penyakit ini disebabkan oleh virus, biasanya penyakit ini akan sembuh sendiri dalam waktu 5-7 hari.

Sekalipun begitu, ini bukan berarti Anda tak harus waspada. Sebab, bisa saja virus yang menyebabkan penyakit ini berbeda serotipe. Menurut National Center of Infectious Disease , Amerika Serikat, virus coxsackie yang masih sekeluarga dengan virus polio ini sangat mudah bermutasi alias berubah bentuk jadi serotipe yang berbeda.

Selalu perhatikan kondisi kesehatan si Balita kita....!!!!!

Balita Suka Permen

Umumnya orang tua baru mulai memperkenalkan permen ketika balita berusia 3 tahun. Di usia ini balita mulai dapat mengunyah atau mengulum makanan di dalam mulutnya lebih baik sehingga kemungkinan kecil tersedak. Sayangnya, rasa permen yang enak dan manis membuat balita ketagihan. Apalagi jika tidak ada aturan di rumah mengenai konsumsi permen. Akibatnya dapat merusak lapisan email gigi susunya dan berakibat kurang baik bagi tubuhnya. Tak jarang permen bisa membuat balita enggan makan makanan sehat lain yang rasanya tidak semanis dan selezat permen.

Beberapa riset menyebutkan permen tidak mutlak buruk, asal dipilih yang bermutu baik dan dikonsumsi secara moderat. Meski tidak bisa dikategorikan makanan sehat, sebenarnya permen memiliki kebaikan juga. Yakni, kandungan gulanya adalah gula sederhana sukrosa, jika dikonsumsi akan diubah tubuh secara cepat menjadi energi. Jika permen terbuat dari bahan makanan bernutrisi: susu, kacang, gula merah, licorice, atau cokelat, maka pemberiannya bisa membantu menambah asupan gizi.

TIPS MEMBERI PERMEN PADA BALITA

Rasa PERMEN yang enak dan manis membuat BALITA ketagihan. Apalagi jika tidak ada aturan di rumah mengenai konsumsi PERMEN. PERMEN tidak akan menjadi buruk, jika dikonsumsi dengan tepat secara moderat dan memilih PERMEN yang bermutu baik. Berikut tip MEMBERI PERMEN PADA BALITA:

Frekuensi.
  • Ciptakan hari makan PERMEN satu bulan sekali. Atau, jadikan PERMEN hadiah istimewa dengan frekuensi pemberian tidak sering. Jumlahnya maksimal 2 butir.
Pilih yang sehat.
  • Pewarnanya harus pewarna makanan.
  • Gula murni bukan buatan (misalnya, sakarin dan siklamat yang meninggalkan after taste getir di lidah).
  • Tidak berformarlin (seperti PERMEN white rabbit, manisan asam Kiamboy, PERMEN Anggur), tidak ber-kola atau berefek pop rock.
  • Gum di PERMEN lunak terbuat dari getah tumbuhan, aman ditambahkan.
  • PERMEN jelly yang kenyal, bahannya bisa tepung konyaku atau gelatin. Tepung konyaku dari umbi-umbian, dari sisi kehalalan lebih aman dari gelatin. PERMEN berbahan serat dari jeli melancarkan pencernaan dan menurunkan kolesterol darah.
  • PERMEN cokelat baik dikonsumsi karen amngandung lemak, karbohidrat, protein, asam amino triptofan, fenilalanin, serta tyrosin.
Reputasi produsen.
  • Dikemas baik dan higienis, mencantumkan kandungan, kode produksi dan kadaluwarsa, dan izin Departemen kesehatan RI.
  • Hindari PERMEN home industry yang asal-usulnya tidak jelas, misal, cotton.
  • Hindari PERMEN yang pernah diberitakan berbahan berbahaya, seperti PERMEN impor dari Cina.
Aman bagi BALITA.
  • Misal, loli bertangkai, PERMEN kunyah atau chewy yang mudah dimakan.
  • Hindari PERMEN keras isap (jika BALITA belum bisa mengontrol kemampuannya menelan supaya tidak tersedak), PERMEN karet (bahaya tertelan), dan PERMEN sangat pedas.
  • Jangan beri PERMEN berbentuk rokok, karena studi di Unversity of Rochester, AS, menyebutkan merokok PERMEN di masa kecil menyebabkan kebiasaan merokok saat dewasa. Diduga karena menguatkan persepsi merokok sebagai aktivitas pergaulan.
  • Ajarkan cara memakan PERMEN yang benar. PERMEN isap jangan langsung digit tapi diemut hingga kecil, jangan keluar masuk mulut, jatuh harus dibuang, tidak gentian menghisap dengan orang lain.
  • Jangan makan PERMEN sebelum makan, agar tidak merusak nafsu makan.
  • Jangan mengulun terlalu lama dapat mempengaruhi kesehatan gigi. Maksimal 30 menit.
  • Cuci mulut setelah makan PERMEN dari sisa gula, minum atau kumr air putih. Sikat gigi akan lebih baik.
  • Puasa PERMEN saat batuk.
  • PERMEN suplemen tidak bisa dimakan bebas, harus sesuai petunjuk.
  • Bila terlanjur hobi makan PERMEN, atasi dengan beri camilan manis lain yang lebih sehat, jangan simpan PERMEN di rumah, tolak PERMEN sebagai uang kembalian supermarket, jangan pilih PERMEN sebagai goody bag ulang tahun.
  • Edukasi BALITA untuk tidak menerima PERMEN dari orang asing, atau selalu menunjukkan PERMEN dari luar kePADA Anda untuk dicek dulu.

15 Tanda Balita Sehat

Termasuk sehatkah balita Anda? Mudah kok cara mengetahuinya.....
Cek tanda-tandanya lewat kriteria berikut ini:

  1. Lincah dan aktif. Dunia anak yang sehat memang dunia yang ceria dan dinamis yang membuat mereka tak berhenti bergerak dan berceloteh. Hal ini ditunjang antara lain otot-otot tubuhnya yang lentur, sehingga balita luwes menekuk sendi seluruh tubuhnya
  2. Bahagia dan responsif. Ketika diajak bicara, balita menunjukkan kontak mata yang responsive. Banyak pakar perkembangan mengatakan, kecerdasan anak antara lain bisa dilihat dari kontak matanya yang responsive.
  3. Rambut yang tak mudah rontok dan kusam. Ini bukan masalah rambut tipis, karena tebal atau tipis rambut biasanya sudah bawaan. Tapi bila rambut balita Anda mudah rontok dan tampak kusam, bisa jadi anak Anda kekurangan gizi tertentu. Seperti vitamin B kompleks dan mineral seng (zinc). Jika mengilap dan kuat, pertanda balita Anda sehat
  4. Gigi cemerlang. Jika di usia setahun gigi pertamanya belum juga tumbuh, bisa jadi balita Anda kekurangan kalsium. Untuk pemeliharaan, sebaiknya ke dokter gigi setiap 6 bulan
  5. Gusi merah muda, tak mudah berdarah. Kalau gusi balita mudah berdarah, ada kemungkinan kekurangan vitamin C. Mulut pun tidak bau busuk
  6. Kulit bersih dan jika terluka, mudah sembuh. Kesehatan, termasuk kulit, memang dimulai dengan kebersihan. Dalam kondisi sehat, sel-sel kulit juga lebih cepat memperbaiki diri ketika terjadi luka
  7. Kuku merah mudah (tidak pucat) dan tidak rapuh. Kondisi ini menunjukkan balita Anda tidak anemia (kekurangan sel darah merah) dan tidak kekurangan mineral kalsium
  8. Suhu tubuh antara 36,5 – 37,5 derajat C. Tak perlu repot dengan thermometer, cukup perhatikan kelincahan dan cerianya bisa jadi pertanda suhu tubuhnya normal.
  9. Makan lahap. Balita Anda terampil makan sesuai tahap perkembangannya. Jika usia 2 tahun masih memuntahkan makanannya, bisa jadi balita Anda mengalami gangguan mengunyah dan menelan makanan karena tidak melalui belajar makan dengan baik di usia 6-12 bulan
  10. Tidurnya lelap dalam waktu cukup. Anak usia bawah 5 tahun perlu tidur sekitar 10 jam sehari, sehingga sel-sel saraf di otaknya berkembang baik.
  11. Urusan ke toilet lancer. Balita buang air besar secara teratur, tidak pernah sembelit dan diare.
  12. Cocok dengan KMS. Kartu Menuju Sehat (KMS) atau agenda tumbuh kembang balit adari dokter sebaiknya Anda jadikan patokan untuk memantau perkembangan balita. Bila ada penyimpangan, segera konsultasikan dengan dokter.
  13. Antusias bermain. Anak sehat selalu antusias diajak bermain.
  14. Bentuk kaki normal. Jika pun saat lahir bentuk kakinya O, biasanya menjelang usia 2 tahun akan berangsur normal. Jika diatas usia 3 tahun masih tampak seperti O atau X, sebaiknya diperiksakan ke dokter
  15. Harum baunya. Keringat yang tak segera di lap dan tubuh jarang dibersihkan, bisa menjadi sumber munculnya penyakit.
Bagaimana, sehat kan balita Anda????!!!???



Khasiat bawang merah dan putih untuk si Balita kita....


Jangan dikira, bawang merah dan bawang putih hanya sedap sebagai penguat rasa masakan. Ternyata, kedua bawang ini juga bergizi bagi balita kita.

Bawang Merah, salah satu jenis bumbu masak. Baunya yang menyengat dan gas “air matanya” disebabkan senyawa Asid karbid di dalamnya. Kandungan bawang merah; kalsium, fosfor, zat besi, karbohidrat, vitamin A dan vitamin C, zat untuk melancarkan buang air kecil dan BAB, baik juga untuk perut dan menguatkan anggota badan. Bawang merah mempunyai efek pembunuh kuman, menormalkan sistem syaraf usus, membantu kerja empedu, mengurangi tekanan darah tinggi, dan menyembuhkan flu yang disertai hidung tersumbat. Jadi kalau bayi demam, bubuhkan bawang merah di perut dan punggungnya.

Bawang Putih, penyedap aroma masakan dengan 2 khasiat luar biasa, membuka saluran darah dan antibiotik yang kuat. Bawang putih sebagai campuran sup ayam sudah berbad-abad dijadikan obat demam, flu dan batuk. Juga berkhasiat mengatasi bronkhitis, sakit kerongkongan, arthritis, rematik, infeksi sinus, infeksi kandung kemih (dicampur mentega dan madu), sakit kepala (dicampur susu), ginjal, darah tinggi, infeksi usus dan gangguan liver. Allicin-nya bersifat anti-tumor. Membubuhi bawang putih pada menu batita jangan kebanyakan karena rasanya pedas.

Jumat, 04 Desember 2009

Kapan ya... anak kita boleh masuk prasekolah....????

Haiiiii semua sahabat bloggerku....kini saatnya aku kembali lagi corat coret di gubuk reyotku dengan wajah baruku.... setelah sekian lama aku vacum di dunia farmtown...xixixii....
Kali ini saya akan berikan info tentang "kapan anak kita boleh masuk prasekolah" artikel ini saya posting karena 6 bulan lagi si bidadari kecilku jg harus masuk prasekolah nich........
Ok...... sahabat blogger semua kita lanjut yuuukkk....


Pada dasarnya, kesiapan setiap anak tuh berbeda-beda.... Untuk taman kanak-kanak, kesiapan dinilai dari kemampuan anak mengenal warna, beberapa huruf, menghitung sampai 10, bermain secara kooperatif dengan anak lain, mengerjakan instruksi yang agak kompleks sifatnya, berkonsentrasi dan menaruh perhatian, bisa duduk untuk waktu agak lama, serta mampu menyesuaikan dalam kegiatan rutin harian di sekolah. Juga, anak bisa memahami cerita, memakai baju sendiri, mau terpisah dari orangtua untuk waktu agak lama, bisa mengkomunikasikan keinginannya, dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Jika si kecil kelihatannya belum terlalu siap, bantulah dan diskusikan dengan para guru.

Untuk batita, sekolah yang sesungguhnya adalah sosialisasi, interaksi, memahami dunia di luar rumah, mengenal lingkungan lebih luas, dan mengenal orang lain (selain orangtua dan saudara sekandung). Konkritnya, yang dibutuhkan anak adalah bersosialisasi dengan teman sebaya serta mengenal alam luar. Hal ini tidak perlu dilakukan di sekolah bukan?

Yang terpenting, selama anak belum bersekolah, ‘persiapkan’ dengan beberapa hal berikut:

* Bacakan buku setiap hari dan rangsanglah untuk mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan dongeng yang diceritakan.

* Kunjungi museum, perpustakaan, taman, kebun binatang, kebun teh, sawah, dan tempat lain, dimana anak bisa ’belajar’ mengenal dunia.

* Miliki kamus anak dan usahakan agar perbendaharaan katanya meningkat setiap harinya dengan cara menguasai 1-2 dua kata baru.

* Sediakan buku sesuai usianya. Ia bisa membuka, melihat dan ‘membaca’ sendiri.

* Batasi menonton TV, sebab ini bukanlah kegiatan yang interaktif!

* Rangsanglah anak untuk mengajukan banyak pertanyaan seputar dunia di sekelilingnya.

* Ciptakan suasana ‘belajar’ yang fun. Jangan tuntut anak untuk duduk, menghapal dan ‘menulis’ di buku ya......

Yuuukkkk kita didik anak kita sejak dini.....!!!!