Subscribe to RSS feeds

Selasa, 10 Februari 2009

Minggu-minggu ini hujan mengakrabi kita, yang tentu akan membawa dampak kurang baik bagi kesehatan jika kita tidak benar-benar waspada.

Jika didasarkan pada konsep terjadinya suatu proses penyakit---khususnya penyakit
Infeksi---timbulnya penyakit infeksi adalah akibat ketidakseimbangan antara faktor lingkungan (environment), daya tahan tubuh (host) dan kuman penyakit (agent).


Faktor Lingkungan
Saat kemarau banyak debu dan kotoran di tempat-tempat yang tersembunyi dan pada musim hujan maka air membawanya ke tempat yang lebih terbuka. Kotoran tersebut merupakan tempat potensial hidupnya berbagai kuman penyakit, termasuk di dalamnya kotoran berbagai binatang khususnya tikus.
Tikus merupakan vektor utama pembawa kuman leptospira (penyebab penyakit leptospirosis yang sangat berbahaya). Kuman tersebut hidup pada urin tikus. Jika kita
menginjak kotoran tikus, dan kebetulan pada telapak kaki kita lecet/terluka maka kuman masuk ke dalam tubuh.

Gejala leptospirosis berupa pegal linu, meriang, biasanya disertai flu, demam tinggi, mata dan kulit kuning dan pada keadaan lanjut bisa mengalami perdarahan hebat baik pada kulit, saluran pencernaan maupun saluran kemih.

Air hujan yang kotor dapat mencemari berbagai sumber air bersih. Air yang tercemar akan menurun kualitasnya sehingga tidak layak untuk dikonsumsi. Belum lagi genangan air serta tumpukan barang bekas seperti kaleng dan plastik, yang merupakan tempat potensial bagi berkembangnya nyamuk Aedes aegypti, nyamuk penyebab demam berdarah.

Daya Tahan Tubuh
Perubahan suhu dari panas ke dingin akan mempengaruhi daya tahan tubuh. Apalagi pada mereka yang dalam kesehariannya selalu terpapar dengan udara terbuka dan teriknya panas matahari, dan kini kehujanan.

Cuaca yang tidak menentu juga berpotensi mengundang penyakit influenza. Manifestasinya batuk, pilek, bersin serta badan terasa pegal dan linu dan kadang kala sampai demam.

Penyakit infeksi saluran pernapasan lain berupa radang tenggorokan yang ditandai dengan sakit saat menelan juga sering terjadi. Pasien dengan riwayat alergi udara dingin juga perlu berhati-hati karena kemungkinan akan kambuh seperti penyakit sesak napas berulang (asma bronkiale), riwayat radang hidung alergi (Rhinitis alergi). Pada pasien tertentu udara dingin membuat seseorang lebih sering ke toilet baik untuk buang air kecil maupun buang air besar.

Kelompok masyarakat yang paling rentan dalam kondisi ini adalah anak-anak khususnya anak balita, ibu hamil dan menyusui, orang-orang tua serta orang dengan berbagai penyakit kronis.

Faktor Bibit Penyakit
Kuman atau bibit penyakit akan tumbuh subur pada lingkungan kotor, keadaan lingkungan saat musim hujan merupakan keadaan lingkungan yang memungkinkan tumbuh suburnya berbagai kuman penyakit khususnya kuman penyakit yang potensial untuk terjadinya wabah.
Ketika hujan, tumpukan sampah cenderung menjadi lembab sehingga mengundang datangnya lalat dan kecoa---vector penting pembawa kuman penyakit---terutama kuman penyakit yang menyerang pencernaan. Berbagai kuman penyakit penyebab muntaber/diare antara lain Vibrio cholera, E. coli, Entamoeba histolitika dan shigela penyebab penyakit Disentri, salmonella penyebab penyakit Thyphoid, stapilokokus, rotavirus dan berbagai kuman lain.

Bagaimana pencegahannya?
Yang dapat dilakukan adalah memperbaiki ketiga faktor yang memperburuk kondisi tersebut. Lingkungan harus selalu diperhatikan agar tetap bersih terutama setelah hujan datang.

Konsep 3 M (Menutup, Mengubur, Menguras) bukan hanya slogan tetapi harus selalu diterapkan terutama pada masa awal musim hujan ini terutama untuk pencegahan penyebar luasan penyakit Demam Berdarah/DHF.

Bagaimana agar tubuh tetap sehat?
* Perhatikan makanan dan minuman, jaga kualitas dan kebersihan makanan.
* Perbanyak makan sayur dan buah.
* Hindari atau kurangi mengkonsumsi makanan dan minuman yang terlalu dingin, goreng-gorengan serta makanan/minuman yang terlalu manis, karena akan merangsang dan mudah mengiritasi tenggorokan.
* Suplementasi mineral dan multivitamin dianjurkan untuk dikonsumsi jika memang dalam 1 hari tersebut kita melakukan aktifitas sehari penuh dari pagi sampai malam dan juga bila kita merasa bahwa asupan makan dan minuman kita tidak seimbang.


Referensi
Braunwald E., Faucy AS, Kasper DL, Hauzer SL, et al. Harrison’s Manual of Medicine. McGraw Hill, ed 15. 2002.

0 comments:

Posting Komentar