Subscribe to RSS feeds

Senin, 09 Februari 2009

Si Kecil Alergi Makanan

Alergi, lagi-lagi alergi. ”Anak saya kalau minum susu merek tertentu langsung mencret.” atau ”anak saya kok bisulan terus, jangan-jangan dia alergi telur ya.”

Banyak sekali orang mengklaim anaknya atau dirinya alergi. Sebaliknya, ada pula yang tak menyadarinya. Apa yang sebenarnya terjadi?

Alergi adalah reaksi akibat kekebalan tubuh berlebihan. Kata ’sensitif’ cocok menggambarkan orang yang alergi, karena bagi orang normal makanan tertentu tidak menimbulkan reaksi, tetapi bagi orang alergi, makanan itu sudah dianggap ’musuh’ yang harus dilawan.

Mengapa bisa alergi

Sudah terbukti bayi yang minum susu formula sebelum usia 6 bulan lebih rentan alergi ketimbang yang diberi ASI. Pasalnya, pencernaannya belum dapat mengurai protein susu formula. Jadi susu diserap tubuh dalam keadaan utuh dan Inilah yang bisa mencetuskan alergi. Untuk mencegah ini, WHO menganjurkan bayi hanya diberikan ASI tanpa makanan tambahan atau susu formula hingga usia 6 bulan.

Selain problema seputar pencernaan, bayi berisiko alergi bila orang tua atau saudara kandung ada yang alergi. Sekitar 50-80 persen alergi bersifat keturunan. Bila salah satu orangtua menderita alergi, kemungkinan 50 persen anak akan menderita alergi. Bila keduanya, kemungkinannya lebih besar. Alergi akibat faktor keturunan ini, gejalanya tak selalu langsung terlihat. Kadang baru tampak setelah 5-10 tahun. Bila anak tak mewarisi alergi, bisa saja sifat alergi itu muncul pada cucu (keturunaan kedua). Selain faktor keturunan, kelainan kekebalan tubuh juga dapat mencetuskan alergi.

Kenali reaksi alergi

Reaksi alergi makanan bisa berupa diare, muntah, bahkan berbentuk serangan asma. Pada alergi susu sapi, diare bersifat khas dan sering disertai darah hingga disalah artikan sebagai disentri. Alergi terhadap susu biasanya bisa hilang saat anak dewasa, namun alergi terhadap seafood biasanya bersifat menetap.

Berbahayakah alergi? Bila dibiarkan, alergi berat dan menetap sejak kanak-kanak hingga dewasa dapat mengganggu tumbuh kembang anak. Otak bisa mengalami kekurangan oksigen, anak menjadi sering sakit, tidak masuk sekolah, konsentrasi belajar terganggu, dan akhirnya tumbuh tumbuh kembang anak pun tak optimal.

Hilang Sendiri

Sayang sekali, hingga kini ahli medis belum menemukan cara menyembuhkan alergi secara total. Penyakit ini mungkin akan hilang dengan sendirinya seiring pertumbuhan si kecil. Untuk sementara waktu, agar gejala alergi tak muncul, pencegahan dengan menghindari zat alergen (zat pencetus alergi) adalah ’obat’ yang mujarab.


Referensi:

Munasir Z. Alergi Makanan pada Anak. Disampaikan dalam Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan Pediatrics Update. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Jaya. 2003.



Tak ada kata terlambat cegah alergi

Menurut Dr. Zakiudin Munasir, Sp.A(K), ahli alergi dan imunologi anak FKUI-RSCM, mencegah alergi sudah bisa dilakukan bahkan sejak bayi masih dalam kandungan. Berikut langkah-langkahnya:

1. Berikan ASI eksklusif selama 6 bulan dengan catatan ibunya pun berpantang makanan pencetus alergi, terutama susu, kacang tanah, seafood, dan susu sapi.
2. Kalau tak bisa ASI eksklusif, berikan susu formula khusus untuk cegah alergi. Susu jenis ini melalui proses hidrolisis parsial, yaitu susu tetap diproses tapi masih disisakan bentuk aslinya agar tubuh dapat mengenali dan tak lagi menganggapnya benda asing yang harus dilawan.
3. Namun bila alergi sudah muncul, sebaiknya tak lagi memilih susu hidrolisis parsial, tetapi yang dihidrolisis sempurna hingga susu tak lagi mengandung alergen. Meski bisa juga menimbulkan alergi namun kasusnya relatif jarang.
4. Pemberian makanan pencetus alergi harus ditunda sampai anak usia 1 tahun. Sebelum usia satu tahun, sebaiknya membuat bubur menggunakan susu hipoalergenik. Bahkan saat ini sudah ada bubur siap pakai yang hipoalergenik sebagai alternatif untuk bayi-bayi berbakat alergi. Sejumlah alergen seperti yang terdapat dalam telur, cokelat, kacang, dan ikan diberikan pada anak di waktu yang tepat. Jika alergi tetap saja muncul meski pemberian sudah ditunda, mungkin anak memang berbakat alergi.
5. Untuk menghindari reaksi berlebihan, sebelum mantap memilih merk susu formula, lihatlah bagaimana reaksi bayi Anda saat mencobanya. Kalau kulitnya timbul merah-merah, tunda pemberiannya dan berikan 6 bulan kemudian.
6. Meskipun penyebab alergi anak Anda adalah makanan, tetapi pencegahan lain misalnya terhadap debu, asap rokok, juga tetap perlu dilakukan.
Justify Full

0 comments:

Posting Komentar