Subscribe to RSS feeds

Jumat, 13 Maret 2009

Preeklampsia, Salah Satu Penyebab Kematian Wanita Hamil

Preeklampsia adalah gangguan kehamilan berupa peningkatan tekanan darah setelah minggu ke-20 kehamilan. Penyakit ini hanya terjadi pada saat kehamilan. Di samping infeksi dan perdarahan, preeklampsia merupakan salah satu penyebab kematian utama pada wanita hamil. Karena itu, wanita yang sedang menunggu si jabang bayi harus waspada akan kemungkinan ini.

Wanita hamil manapun dapat mengalami preeklampsia. Tapi umumnya ada beberapa wanita hamil yang lebih berisiko, yaitu:
• Wanita yang hamil untuk pertama kali
• Kehamilan bayi kembar
• Penderita diabetes
• Wanita yang mengidap hipertensi (tekanan darah tinggi) sebelum hamil
• Wanita yang memiliki masalah dengan ginjal
• Wanita yang hamil pertama kali di usia berisiko, yakni di bawah usia 20 tahun atau di atas 35 tahun.

Ibu yang pernah mengalami preeklampsia pada kehamilan sebelumnya akan ada kemungkinan berulang pada kehamilan berikutnya. Adakalanya juga tidak.

Meski penelitian yang dilakukan terhadap penyakit ini sudah sedemikian maju, sayangnya penyebab preeklampsia sampai saat ini masih belum jelas.
Tapi ada beberapa hal yang diduga berperan terhadap timbulnya preeklampsia, yaitu:
• Faktor genetis
• Kurangnya aliran darah ke janin karena kerusakan pembuluh darah atau hal lain
• Gangguan sistem kekebalan tubuh (imunitas)
• Kurang gizi
• Meningkatnya senyawa radikal oksigen

Gejala Preeklampsia pada Wanita Hamil
Kendati tak jarang si ibu hamil merasa dirinya sehat-sehat saja, bisa saja diam-diam ia ternyata berisiko terhadap preeklampsia. Gejala yang dapat dideteksi sendiri antara lain sakit kepala hebat, gangguan penglihatan, nyeri perut bagian atas, mual dan muntah, air kencing kurang, serta peningkatan berat badan mendadak.
Preeklampsia juga dapat dikenali melalui pemeriksaan kehamilan yang rutin, di mana indikasinya antara lain:
• Tekanan darah yang tinggi ataupun peningkatan tekanan darah dari biasanya. Itu merupakan hal penting untuk menentukan seorang wanita hamil mengalami preeklampsia atau tidak.
• Bengkak di daerah kaki dan tungkai. Pada keadaan yang lebih berat didapatkan bengkak di seluruh tubuh. Pem-bengkakan ini terjadi akibat pembuluh kapiler bocor, sehingga air yang merupakan bagian dari sel merembes keluar dan masuk ke dalam jaringan tubuh dan tertimbun di bagian tersebut.
• Ditemukan kadar protein tinggi dalam urin karena gangguan pada ginjal.
• Kenaikan berat badan lebih dari 1,36 kg setiap minggu selama trimester kedua, dan lebih dari 0,45 setiap minggu pada trimester ketiga.

Akibat Preeklampsia Pada Ibu dan Janin
Akibat dari preeklampsia sangat besar pengaruhnya pada ibu maupun janin. Pada kondisi preeklampsia pada wanita hamil, berkurangnya aliran darah ke plasenta dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan janin, lahir prematur, atau janin meninggal dalam kandungan. Selain itu plasenta dapat lepas sebelum waktunya. Yang lebih ekstrim adalah terjadi eklampsia, yaitu preeklampsia yang disertai kejang. Keadaan ini sangat berbahaya karena dapat menimbulkan kerusakan organ seperti hati, ginjal, dan otak, yang berakhir dengan kematian.
Sementara preeklampsia pada wanita hamil akan menyebabkan janin yang dikandung hidup dalam rahim dengan nutrisi dan oksigen di bawah normal. Keadaan ini bisa terjadi karena pembuluh darah yang menyalurkan darah ke plasenta menyempit. Karena buruknya nutrisi, pertumbuhan janin akan terhambat sehingga terjadi bayi dengan berat lahir yang rendah. Bisa juga janin dilahirkan kurang bulan (prematur), biru saat dilahirkan dan sebagainya.

Dilahirkan Secepatnya
Pada kasus preeklampsia yang berat, dokter tak akan membiarkan penyakit ini berkembang makin parah. Bila perlu, tanpa melihat usia kehamilan, kehamilan akan segera diakhiri dan persalinan dipercepat. Tergantung keadaan, persalinan dilakukan dengan induksi atau bedah Caesar. Ini biasanya dilakukan untuk menyelamatkan nyawa ibu tanpa melihat apakah janin sudah dapat hidup di luar rahim atau tidak. Kendati begitu, banyak bayi yang terpaksa lahir prematur kemudian menderita penyakit pernafasan, kebutaan, tuli dan bisu.Tapi, adakalanya keduanya tak bisa ditolong lagi.

Untuk mencegah preeklampsia, wanita hamil harus secara teratur melakukan pemeriksaan rutin dan konsultasi pada dokter. Pemeriksaan pada awal kehamilan dapat dilakukan sebulan sekali, dan menjelang kelahiran seminggu sekali. Hal itu bertujuan agar gejala preeklampsia dapat segera dikenali, sehingga dokter dan ibu hamil dapat berjaga-jaga dan menyiapkan diri untuk segala kemungkinan.

0 comments:

Posting Komentar